Semoga Allah senantiasa menjadikan kita hamba-hamba yang bersyukur terhadap segala nikmat yang diberikan-Nya kepada kita. Selawat beserta salam mari kita ucapkan untuk nabi kita yang mulia Muhammad Sallallahu Alaihi Wa Sallam. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang senantiasa berpegang dengan sunnah beliau sampai akhir kehidupan kita.
Agama Islam adalah agama yang sempurna dalam menjelaskan antara hubungan antara sesama makhluk dan bagaimana mereka saling beriteraksi dalam kehidupan ini.
Pada kesempatan kali ini kita akan berbincang seputar hubungan antara alam manusia dengan alam jin ditinjau dari sisi sudut pandang aqidah Islam.
Dalam berbagai kasus kehidupan kita menyasikkan berbagai keanehan antara hubungan kedua alam tersebut yang menimbulkan seribu tanda tanya dalam benak kita. Akan tetapi sedikit diantara kita yang mencoba mencari jawabannya melalui berita terpercaya dan akurat. Sumber yang akurat dan terpercaya dalam memberi jawaban dalam hal ini hanyalah wahyu yaitu Al Qur’an dan Sunnah yang shahihah. Sebab perkara tesebut adalah perkara ghaib yang tidak dapat uji secara empiris di laborat buatan manusia.
Diantara bukti keimanan seseorang adalah meyakini tentang berita perkara-perkara ghaib yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam baik yang terdapat dalam Al Qur’an maupun Sunnah yang shohihah.
Sebagaimana Allah sebutkan tentang sifat-sifat orang beriman dalam firman-Nya:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ [البقرة/2، 3]
“Kitab (Al Qur’an) itu tiada keraguan dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghaib”.
Diantara perkara ghaib yang diceritakan dalam Al Qur’an dan Sunnah yang shohihah adalah tentang keberadaan makhluk ghaib seperti Jin dan Malaikat. Allah menceritakan tentang asal muasal dari penciptaan kedua jenis makhluk tersebut serta sifat mereka masing-masing. Kedua alam tersebut memilki kekhususan masing-masing meskipun ada sisi kesamaan dalam beberapa hal. Diantara sisi kesamaan mereka adalah mereka makhluk halus yang tidak dapat kita lihat secara biasa dengan alat indra kita dalam bentuk mereka yang asli. Kecuali dalam hal mereka menjelma atau mereka diizinkan Allah untuk memperlihatkan diri mereka kepada siapa yang diizinkan Allah, aka tetapi tidak untuk semua orang. Maka dari sisi inilah kedua alam tersebut disebut makhluk ghaib atau alam ghaib. Perlu dijelaskan di sini bahwa alam ghaib tidaklah terbatas pada dua alam ini saja. Namun di sana ada alam-alam ghaib yang lain seperti alam Barzakh, Alam arwah, Alam Akhirat dengan segala peristiwan dalamnya termasuk surga dan neraka.
Kemudian perkara ghaib itu ada dua macam; ghaib mutlak dan ghaib nisbi; ghaib mutlak adalah perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah semata, adapun ghaib nisbi adalah perkara yang dapat diketahui oleh sebahagian makhluk. Maka alam Jin dan Malaikat termasuk pada bagian kedua yaitu ghaib nibi, karena sebahagian malaikat ada yang dapat dilihat oleh sebahagian nabi dan rasul baik dalam bentuk menjelma seperti manusia maupun dalam bentuk asli mereka. Sebagaimana Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk yang asli sebanyak dua kali.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummahaatul mukminiin Aisyah radhiallahu ‘anhaa.
(( إِنَّمَا هُوَ جِبْرِيلُ لَمْ أَرَهُ عَلَى صُورَتِهِ الَّتِى خُلِقَ عَلَيْهَا غَيْرَ هَاتَيْنِ الْمَرَّتَيْنِ))
“Sesungguhnya dia adalah Jibril aku tidak melihatnya dalam bentuknya yang asli selain hanya dua kali sja” [1].
Demikian pula sebahagian sahabat pernah melihat jin dalam bentuk yang asli, sebagaimana diriwayatkan oleh Ubai bin Ka’ab t bahwa ia pernah melihat jin dalam bentuk yang asli.
عن أبي بن كعب t: أنه كان له جرن من تمر فكان ينقص فحرسه ذات ليلة فإذا هو بدابة شبه الغلام المحتلم فسلم عليه فرد عليه السلام فقال: ما أنت جني أم إنسي ؟ قال : لا بل جني قال : فناولني يدك فناوله يده فإذا يده يد كلب وشعره شعر كلب قال : هكذا خلق الجن قال: قد علمت الجن أن ما فيهم رجل أشد مني قال: فما جاء بك ؟ قال: بلغنا أنك تحب الصدقة فجئنا نصيب من طعامك قال: فما ينجينا منكم؟ قال: هذه الآية التي في سورة البقرة { الله لا إله إلا هو الحي القيوم } من قالها حين يمسي أجير منا حتى يصبح ومن قالها حين يصبح أجير منا حتى يمسي فلما أصبح أتى رسول الله r فذكر له ذلك فقال: (صدق الخبيث).
“Dari Ubay bin Ka’ab t menseritakan bahwa ia mempunyai sebaskom kurma namun selalu berkurang. Pada suatu malam ia mencoba menjaganya tiba-tiba muncul seekor binatang sebesar anak remaja. Maka ia memberi salam kepadanya, lalu bintang tersebut menjawab salamnya. Ubay bertanya: siapa kamu? Jin atau manusia? Jawabnya: bukan manusia akan tetapi Jin. Ubay berkata: coba perlihatkan tanganmu kepadaku! Maka ia memperlihatkan tangannya kepada Ubay, tangan mirip tangan anjing dan berbulu mirip bulu anjung pula. Ubay berkata lagi: seperti inikah bentuk ciptaan jin? Jawabnya: sesunggunya para jin tahu bahwa di tengah-tengah mereka ada yang lebih mengerikan dari pada aku. Ubay bertanya: kenapa kamu datang kesini? Jawabnya: kami mendengar bahwa kamu orang yang suka bersedekah, kami kesini karena ingin mendapat bagian dari makananmu. Ubay bertanya: apa yang dapat menjaga kami dari gangguan kalian? Jawabnya: ayat yang terdapat dalam surat Al Baqorah (ayat Kursi). Barangsiapa yang membacanya di sore hari maka ia terjaga dari kami sampai pagi hari. Barangsiapa yang membacanya di pagi hari maka ia terjaga dari kami sampai sore hari. Besok paginya Ubay mendangi Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dan menceritakan perihal tersebut kepadanya. Jawab Rasulullah r: Sikeji itu telah jujur”[2].
Dalam kandungan hadist di atas ada beberapa poin yang berhubungan dengan pembahasan kita:
- Bahwa jin itu memiliki wujud nyata bukan gambaran tentang nilai-nilai negatif yang ada dalam diri manusia sebagaimana pandangan orang-orang ahli filsafat dan orang yang mengikuti mereka dari kalangan intelektual. Buktinya dalam kisah di atas jin memiliki dan bentuk dan memiliki kebutuhan biologis.
- Bahwa jin itu memiliki kebutuhan biologis seperti manusia diantaranya kebutuhan untuk makan. Buktinya dalam kisah di atas jin mengambil buah kurma miliki Ubay bin Ka’ab t. Demikian pula dalam kisah lain saat Abyu Hurairah t ditugas Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam untuk menjaga harta zakat fitrah, tiba-tiba ada jin yang mencuri harta zakat fitrah tersebut.
- Bahwa jin itu memiliki bentuk dan rupa yang berbeda-beda, ada yang seperti ular, anjing dan binatang lainnya. Buktinya dalam kisah di atas jin muncul dalam rupanya yang mirib anjing. Dalam kisah lain seorang sahabat yang ingin ikut perang bersama Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam lalu ia pulang sejenak sebelum berangkat perang, tiba-tiba isterinya berdiri di pintu dan memberi tahu bahwa di kamar ada seekor ular besar, seketika itu sahabat tersebut langsung membunuhnya akan tetapi sahabat dan jin tersebut sama-sama mati di tempat.
- Bahwa manusia bisa berbicara dengan jin dan sebaliknya bahwa jin dapat mengerti bahasa manusia. Buktinya dalam hadits di atas Ubay becakap-cakap dengan jin, demikian pula kisah Abu Hurairah t saat menangkap jin yang mencuri harta zakat fitrah.
- Cara agar terhindar dari ganguan jin adalah dengan membaca ayat Kursy pada pagi dan sore hari. Bukan meletakkannya di dompet atau menggantungkannya di mobil, di dinding rumah atau dileher anak-anak kecil sebagaimana perbuatan orang-orang yang tertipu oleh jin.
Dalil-dalil yang menunjukkan tentang keberadaan jin dalam Al Qur’an maupun dalam hadits-hadits Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bergitu banya sekali tidak mungkin untuk kita sebutkan satu persatu dalam tulisan yang singkat ini. Bahkan salah satu surat dalam Al Qur’an dinamai dengan surat Al Jin. Sebahagian ulama telah mengumpulkan dalil-dalil tersebut dalam karya ilmiyah mereka, seperti imam As Suyuthy dalam kitabnya “Al Lu’lu’ Wal Mirjan Fi Ahkamil Jaan” demikian pula Syeikh Umar Sulaiman Al Asyqar dalam kitabnya “‘Alam al Jin wa Asy Syayaathiin” dan kitab-kitab ulama yang lain.
Dijelaskan oleh Syeikh Sholeh Fauzan Bahwa beriman tentang keberadan jin adalah bagian dari beriman kepada perkara-perkara yang ghaib. Sebagai bentuk mempercayai apa yang diberitakan Allah dan berita Rasu-Nya. Keberadaan jin ditetapkan dalam Al Qu’an dan Sunnah serta Ijma’. Barangsiapa yang mengingkari tentang adanya jin maka ia telah jatuh kedalam kekufuran. Karena ia mendustakan Allah dan Rsul-Naya serta ijma’ kaum muslimin. Adapun orang yang mengingkari peri hal masuknya jin kedalam tubuh manusia tidak kafir, akan tetapi ia dihukum sesat[3].
Jin memiliki kewajiban yang sama seperti manusia untuk beribadah kepada Allah. Mereka juga mendapat ganjaran dan balasan atas perbuatan mereka di akhirat kelak.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya tentang kewajiban jin untuk beribadah kepada-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ [الذاريات/56]
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”
Barangsiapa yang engkar dan kafir diantara mereka para jin tersebut, mereka akan mendapatkan azab dari Allah. Sebagaimana Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [الأعراف/179]
“Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahannam itu kebanyakan dari golongan jin dan manusia. Mereka punya hati akan tetapi mereka tidak mau memahami dengannya (ayat-ayat Kami), mereka punya mata akan tetapi mereka tidak mau melihat dengannya (ayat-ayat Kami), mereka punya telingan akan tetapi mereka tidak mau mendengar dengannya (ayat-ayat Kami). Mereka bagaikan seperti bintang bahakan mereka lebih sesat, mereka itu adalah orang-orang yang lalai (terhadap peringatan Kami)”.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam menjelaskan bahwa jin diciptakan dari bunga api, sebagaimana dalam sabdanya :
« خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ »
“Malaikat diciptakan dari cahanya, jin diciptakan dari bunga api dan Adam diciptakan dari apa yang diceritakan pada kalian”[4].
Akan tetapi jin tersebut memiliki keserupaan dengan manusia dalam beberapa sifat dan juga memiliki keserupaan dengan malaikat dalam beberapa sifat. Keserupaan sifat mereka dengan manusia, mereka memiliki kebutuhan biologis seperti manusia, seperti makan, memiliki tempat tinggal dan keturunan. Keserupaan sifat mereka dengan malaikat, mereka tidak dapat kita lihat dengan intra kita dan mereka bisa menjelma seperti manusia. Akan tetapi penjelmaan mereka berbeda dengan penjelmaan malaikat, jin menjelma dalam bentuk rupa yang buruk atau memiliki cacat dalam salah satu anggota badannya, berbeda dengan malaikat secara umum menjelma dalam bentuk rupa yang sangat baik dan tidak ada cacat pada salah satu anggota badannya kecuali dalam keadaan ketika diperintahkan Allah untuk menguji anak adam. Seperti dalam kisah tiga orang Bani Isroil; orang pertama mengindap penyakit kusta, orang yang kedua berkepalanya botak tidak memiliki rambut sedikitpun dan orang yang ketiga buta tidak bisa melihat. Setelah mereka sembuh masing-masing penyakita mereka dan masing-masing mereka memiliki harta yang berlimpah, Allah menyuruh malaikat untuk menguji mereka apakah mereka bersyukur atau tidak? Malaikat datang kepada masing-masing mereka dalam bentuk semasa mereka mengindap penyakit[5].
Dalam bahasan ini kita hanya akan membahas tentang hal yang berhubungan jin secara khusus yaitu masalah kesurupan atau masuknya jin kedalam tubuh manusia. Sering kita dengar dalam ungkapan masyarakat ketika melihat orang kesurupan bahwa ia kemasukan jin. Atau orang yang marah belebihan dikatakan ia bagaikan kemasukkan setan.
Perihal tentang bisanya jin masuk kedalam tubuh manusia merupakan salah satu sisi perbedaan anatara jin dengan malaikat. Hal ini sudah menjadi bahan perdebatan sejak dulu antara ulama Ahlussunna dengan para pengikut aliaran mu’tazilah yang bermazhab rasionalisme.
- Dalil-dalil yang menunjukkan tentang mungkinnya jin masuk kedalam tubuh manusia serta dapat mempengaruhi perasaan dan pikirannya.
Berikut ini kita sebutkan beberapa dalil yang dikemukakan oleh para ulama Ahlussunnah tentang bisanya jin masuk kedalam tubuh manusia.
1. Firman Allah subhaanahu wata’alaa:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ [البقرة/275]
“Orang-orang yang memakan harta riba itu, mereka tidak berdiri (dari kubur mereka) kecuali seperti orang yang kerupan kemasukan setan”.
Berkata Imam Baghawy: “Mereka tidak berdiri dari kubur mereka pada hari kiamat melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan”[6].
Berkata pula Imam Qurtuby: “Dalam ayat tersebut terdapat dalil yang menunjukkan tentang kekeliruan pendapat orang yang mengingkari kesurupan karena jin, mengira bahwa hal itu gejala alam semata, bahwa setan tidak berjalan dalam tubuh manusia dan tidak ada keseurupan karena setan”[7].
2. Dan sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam:
« إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ».
“Sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah”[8].
Berkata Qodhi ‘Iyaadh: “Hadits tersebut adalah sebagaimana zohirnya, bahwa Allah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada setan untuk berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah”[9].
3. Berkata Imam Ibnu Baththoh dalam kitab monumental beliau “Al Ibaanah”:
“الباب الخامس باب الايمان بأن الشيطان مخلوق مسلط على بني آدم يجري منهم مجرى الدم إلا من عصمه الله منه ومن أنكر ذلك فهو من الفرق الهالكة”.
“Bab yang kelima belas; Bab beriman bahwasesungguhnya setan itu diciptakan untuk mempengaruhi anak Adam, ia berjalan dalam tubuh mereka sepanjang aliran darah, kecuali orang yang dijaga oleh Allah dari gangguannya. Barangsiapa yang mengingkari hal itu maka ia termasuk dari kelompok-kelompok yang binasa”[10].
Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal: “Aku berkata kepada ayahku: ada orang-orang yang berpendapat bahwa jin tidak mungkin masuk kedalam bandan orang yang kesurupan dari golongan manusia! Beliau menjawab: wahai anakku! Mereka itu telah berdusta, (buktinya) jin itu berbicara melalui lisan orang tersebut”[11].
Jika ada yang bertanya bagaimana cara jin masuk kedalam tubuh manusia? apa mungkin tubuh masuk kedalamm tubuh? Jawabanya: hal itu sangat mungkin menurut akal, bahkan ada contoh-contoh nyata dalam alam ini. Seperti air mengalir dalam batang dan urat tumbuhan, air dan makanan yang mengalir dalam tubuh manusia, dan arus listrik mengalir melalu kabel. Semikian pula setan mengalir dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah[12].
Apa saja jenis jin yang suka masuk kedalam tubuh manusia?
Jenis-jenis jin yang biasa masuk kedalam tubuh manusia:
- Jin pembantu tukang sihir, ia masuk kedalam tubuh manusia atas perintah tukang sihir untuk menyakiti seseorang. Jin tersebut berkerja sama dengan tukan sihir/ dukun, dimana sebelumnya pesihir/ dukun tersebut telah mempersembahkan kepada jin tersebut sesuatu dari ibadah.
- Jin yang suka pada seseorang, yakni jin yang tertarik kepada seseorang karena kecantikannya atau kegantengannya. Oleh sebab itu kita dianjurkan ketika membuka pakaian atau tatkala masuk kamar mandi dan WC membaca do’a-do’a yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam.
- Jin nakal yang suka menggangu manusia. Jin juga bersifat suka menggangu seperti sebahagian manusia suka menggangu manusia lain. Alasan menggangu bermacam-macam seperti alasan manusia menggangu manusia lain. Bisa jadi karena beda keyakinan, karena dengki, hasad atau hawa nafsu jahat lainnya.
- Jin yang ingin balas dendam terhadap seseorang yang dengan tidak sengaja pernah menyakiti jin tersebut atau salah seorang dari kerabatnya.
Masuknya jin kedalam tubuh manusia ada dalam dua bentuk:
Pertama: Masuknya jin kedalam tubuh seseorang diluar kehendak orang tersebut. Hal ini terjadi dengan dua cara; adakalanya atas kehendak ijin itu sendiri dan adakalanya dimasukkan orang lain dengan cara sihir.
Kedua: Atas kehendak orang tersebut dengan cara melakukan hal-hal yang dapat mengundang agar jin mau masuk ke dalam tubuhnya atau ke dalam tubuh orang lain. Hal ini biasanya dilakukan oleh oleh tukang sihir dan orang yang menggunakan tenaga jin dalam ilmu beladiri atau silat.
Lalu bagaimanakah hukum masing-masing kondisi di atas ditinjau dari sisi aqidah Islam?
Pada berikut ini kita mencoba menjelaskan berberapa hal di atas.
- Hukum masuknya jin kedalam tubuh seseorang diluar kinginannya. Akan tetapi atas kemauan dari jin itu sendiri atau atas perintah orang lain seperti tukan sihir dan semisalnya. Maka pada kondisi ini orang yang dimasuki jin tidak berdosa karena ia dizalimi dan disakiti, bahkan ia akan diberi pahala oleh Allah atas kesabarannya. Namun bukan berarti ia dilarang untuk berusaha mengusiar jin tersebut dari dalam dirinya.
Sebagaimana dikisah dalam sebuah hadits:
إن الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتِ النَّبِىَّ –r– وقَالَتْ إِنِّى أُصْرَعُ وَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِى. قَالَ « إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ. قَالَتْ أَصْبِرُ. قَالَتْ فَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ. فَدَعَا لَهَا. متفق عليه
Seorang wanita mendatangi Nabi r, dan ia berkata: “Sesungguhnya aku sering pingsan dan auratku terbuka, maka tolong berdo’a pada Allah untukku! Jawab Nabi r: jika kamu bersabar maka bagimu adalah surga, namun jika engkau tetap berkehendak untuk dido’akan, aku akan berdo’a pada Allah agar menyembuhkanmu. Jawab wanita tersebut: aku memilih sabar. Namun tolong berdo’a pada Allah agar auratku tidak terbuka. Maka Nabi r berdo’a untuknya“[13].
Sebahagian ulama menjelaskan bahwa penyebab kepingsanan sang wanita tersebut adalah karena gangguan jin sebagaimana yang dirajihkan oleh Ibnu Hajar asqolqqny dalam kitabnya yang monumental “Fathul Baary“[14].
- Hukum mengundang jin agar masuk ke dalam diri sendiri atau memasukkannya ke dalam diri orang lain.
Orang yang berusaha memasukkan jin kedalam dirinya sendiri untuk menambah kekuatan dan ketangkasan adalah diharamkan dalam agama dan dihukum sebagai perbuatan syirik kepada Allah. Karena jin tidak akan pernah mau menuruti kemauannya sebelum orang tersebut mengabulkan permintaan jin tersebut terlebih dahulu. Yang mana permintaan jin tersebut tidak akan keluar dari perbuatan bid’ah dan syirik. Sebagaimana yang dikenal dalam ilmu persilatan dan ilmu bela diri. Biasanya tempat latihan dari persilatan tersebut terlebih dahulu didarahi dengan menyembelih seekor hewan ternak, kadangkala ayam dan kadangkala kambing atau yang semisalnya. Kemudian dalam gerakkan persilatan tersebut ada gerakkan yang merupakan persembahan kepada jin. Biasanya gerakan itu berada pada awal gerakkan dari gerak-gerakan silat tersebut. Kemudian selam dalam proses latihan ada kegiatan-kegiatan yang berbau kesiyirkan, seperti umpamanaya bersemedi dan lain sebagainya. Setelah ia menuruti kehendak jin tersebut, baru setelah itu ia akan mendapat matra atau jampi untuk memanggil sang jin tersebut. Kadangkala jin mesyaratkan kepada orang tersebut untuk memakai pakain tertentu, bisa dari segi warna atau model. Atau jin melarang orang tersebut untuk mandi seumur hidup, atau memakan makanan yang disembelih. Ini adalah sebahagian dari bentuk-bentuk ketaatan yang dikehendaki oleh jin, dengan tujuan agar orang berbaling dari mentaati Allah.
Atau jin tersebut mengajarkan kepadanya zikir-zikir yang didalamnya ada ucapan-ucapan yang berbau kesiyirikan. Atau ibadah-ibadah yang menyelisihi sunnah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam. Seperti puasa empat puluh hari, atau berzikir dalam sebuah kelambu yang gelap dan tidak boleh keluar selama empat puluh hari. Yang penting bagi jin tersebut adalah orang taat kepadanya dan durhaka kepada Allah dan kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam. Mungkin saja orang tersebut secara zohir melaksanakan solat dan bernampilan sebagai seorang wali. Akan tetapi ia tidak menyadari bagaimana ia dijerumuskan oleh jin kedalam syirik dan bid’ah.
Adapun orang yang mengunakan jin untuk menyakiti orang lain, maka orang ini telah melakukan dua dosa besar;
Pertama: ia telah berbuat kesyrikan kapada Allah, sebagaimana telah jelaskan di atas bahwa jin tidak akan memperkanankan permintaannya sebelum orang tersebut taat terlebih dahulu kepada jin tersebut.
Kedua: ia telah berbuat kzoliman dan kerusakan di muka bumi ini. Karena dengan perbuatannya tersebut ia telah menyebabkan orang lain menjadi tersiksa dan menderita. Bahkan bisa menimbulkan berbagai macam bentuk kerusakkan lain di muka bumi ini. Seperti terjadinya perceraian dan pembunuhan yang disebabkan oleh perbuatan sihir yang disebarkan melalui perantara jin.
Maka oleh sebab itu banyak sekali dalil-dalil yang menharamlan perbuatan sihir, diantaranya:
Firman Allah:
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ [البقرة/102]
“Dan tidaklah kafir Sulaiman, akan tetapi para setan yang kafir mereka mengajar sihir kepada manusia”.
Ayat di atas menunjukkan tentang hukum mengajarkan sihir dan hal itu merupakan perbuatan setan baik setan dari golongan jin maupun setan dari golongan manusia.
Kemudian Allah jelaskan pada lanjutan ayat di atas tentang hukum orang yang mempelajari sihir, bahwa sihir itu tidak membawa mamfaat akan tetapi membawa kemudaratan dalam kehidupan mereka, baik di dinia maupun di akhirat kelat. Di akhirat kelak mereka tidak akan mendapat bagian sedikitpun dari kebaikan. Allah berfirman:
وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ [البقرة/102]
“Mereka mempelajari sesuatu yang membahayakan mereka dan tidak bermamfaat kepada mereka, dan sesunguhnya mereka telah mengetahui bagi orang yang membelinya ia tidak akan memiliki bagian sedikitpun pada akhirat kelak. Dan sungguh amat buruk apa yang mereka beli dengan diri mereka, seandainaya mereka itu mengetahui”.
Perbuatan sihir merupakan salah satu dosa besar yang akan membinasakan pelakunya sebagaimana Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam peringatkan dalam sabdanya:
« اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ » متفق عليه
‘Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan! Beliau ditanya” apa saja ya Rasulullah? Jawab beliau: berbuat syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yagng diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang haq, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, dan menuduh berziha perepuan-perempuan terhormat dari kalangan kaum wanita mukmin”[15].
Bagaimana caranya agar kita selamat dari gangguan jin?
Pertama adalah dengan menghafal ayat kursi dan membacanya pada setiap selesai sholat fardhu, pagi dan sore hari, serta ketika hendak tidur. Sebagaimana telah kita sebutkan diawal bahasan kita ini tentang kisan Ubay bin Ka’ab t.
Termasuk pula membaca zikir dan do’a-do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dalam berbagai aktifitas, kesempatan dan keadaan. Seperti do’a pagi-sore, do’a ketka masuk WC, do’a ketika membuka baju, do’a ketika memasuki daerah baru dsb. Silakan lihat berbagai do’a dan zikir tersebut dalam kitab-kitab do’a yang telah ditulis oleh para ulama kita.
Kedua adalah dengan menghindari sebab-sebab yang mengundang jin untuk berbuat jahat pada kita. Seperti suka melamun dan kebiasaan-kebiasaan sejenis, serta menjauhi sikap yang berlebihan dalam bergembera, dalam bersedih, atau terlalu marah dan terlalu lapar. Karena pada kondisi-kondisi yang kurang stabil tersebut membuat kita kehilangan konsentrasi sehingga sangat mudah bagi jin untuk masuk mempengaruhi sikap dan perasaan kita.
Wallahu A’lam
- Jawaban atas argumentasi kaum Mu’tazilah dalam mengingkari tentang kemungkinan jin bisa masuk kedalam tubuh manusia.
Sesungguhnya orang-orang Mu’tazilah tidak memiliki satupun dalil dari Al Qur’an dan Sunnah dalam mengingkari perkara masuknya jin kedalam tubuh manusia, yang menjadi peganggan mereka hanyalah analogi akal semata yang menyelisihi dalil-dalil syar’i.
Mereka mengatakan bahwa jin adalah zat yang halus dan lemah tidak memiliki kekuatan apa-apa terhadap manusia.
[1] Lihat “Shohih Bukhary”: 1/110 (457) dan “Shohih Muslim”: 4/1840 (4574).
[2] HR: Al Haakim dalam “Al Mustadrak”: 1/749 (2064), dan Thabrony dalam “Al Mu’jam Al Kabiir”: 1/201 (541).
Dishohihkan oleh Syeikh Al Baany dalam “Shohih At Targhiib wa At Tarhiib”: 1/161 (662).
[3] Lihat “I’aanatul Mustafiid”: 1/188.
[4] HR: Imam Muslim: 8/226 (7687).
[5] Lihat kisah tersebut dalam “Shahih Bukhari”: 3/1276 (3277) dan “Shohih Muslim”: 8/213 (7620).
[6] Lihat “Tafsir Baghawy”: 1/340.
[7] Lihat “Tafsir Qurtuby”: 3/355.
[8] HR: Bukhary: 3/1195 (3107) dan Muslim: 7/8 (5808).
[9] Lihat “Syarah Nawawy”: 14/157.
[10] Lihat “Al Ibaanah”: 2/61.
[11] Lihat “Majmu’ Fataawa Ibnu Taimiyah”: 3/13.
[12] Lihat “Al Mu’tashir Syarah Kitab At Tuhid”, hal: 146.
[13] HR: Bukhari: 5/2140 (5328) dan Muslim: 8/16 (6736).
[14] Lihat “Fathul Baary”: 10/115.
[15] HR: Bukhari: 3/1017 (2615) dan Muslim: 1/64 (272).